IMPLEMENTASI METODE
SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN KITAB KUNING DIPONDOK PESANTREN AL ISHLAH ASSALAFIYAH
Oleh : Kang Ahmad Muhajir
Untuk meminimalisir kesalahan dalam memahami judul maka kiranya
penulis perlu memberikan batasan-batasan istilah yang terdapat dalam judul
“Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning ”.
1. Implementasi Metode Sorogan
Implementasi bermakna pelaksanaan.
Sehingga jika diartikan bahwa implementasi merupakan pelaksanaan dari suatu
rencana. Atau juga dapat di artikan sebuah penerapan dari suatu rencana, yang
tentunya memiliki suatu tujuan.
Metode atau thariqah adalah rencana
menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, dimana
tidak ada satu bagiannya yang bertentangan dengan bagian yang lain dan
kesemuannya berdasarkan atas approach yang telah ditentukan. Dengan bahasa yang
lebih mudah metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori
yang ada pada pendekatan tertentu.
Metode Sorogan adalah aktivitas
pengajaran dimana setiap santri menghadap ustadz atau kyai secara bergiliran
untuk membaca dihadapanya sebagai cara pengecekan penguasaan santri terhadap
materi kitab yang sudah dibacakan sebelumnya. Metode ini dikatakan sebagai
salah satu metode yang efektif dalam pembelajaran kitab kuning karena guru dan
murid mempunyai interaksi yang intensif dalam
pembelajaran.
Implementasi metode sorogan yang
penulis maksud adalah salah satu usaha untuk mewujudkan
rencana dalam pembelajaran kitab kuning yang sesuai dengan kaidah yang baik dan
benar serta sebagai alat untuk mempermudah siswa dalam pemahaman materi.
2. Pembelajaran Kitab kuning
Surya (1997:9) menyatakan bahwa
belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
Pembelajaran merupakan suatu upaya
membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas
belajar. Dalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yakni
aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran
merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa begitu
pula siswa dengan siswa.
Kitab kuning adalah sebutan untuk
kitab-kitab berbahasa Arab
yangditulis diatas kertas kuning. Term “kitab kuning” mengandung pengertian
budaya, yaitu pengagunganya terhadap kitab-kitab warisan ulama terdahulu
sebagai ajaran suci. Kitab kuning sebagai identitas tersendiri bagi pondok pesantren
sehingga suatu lembaga tidak bisa dikatakan sebagai pesantren apabila di
dalamnya tidak mengkaji kitab kuning.
Pembelajaran kitab kuning adalah
proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam rangka
memahami isi kitab kuning yang berisi tentang kaidah-kaidah dalam hukum Islam
yang diharapkan dengan adanya hal itu dapat menciptakan perubahan akhlak yang
lebih baik dalam diri peserta didik.
Sedangkan kitab kuning yang dikaji dipondok pesantren Al Ishlah
Assalafiyah adalah kitab Safinatun Naja,
Tafsir jalalain dan lain
sebagaimya yang berisi tentang
ilmu-ilmu agama.
3. Pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah
Adalah salah satu lembaga formal dan non formal
yang didirikan pada tanggal 10 Oktober 1986
M oleh KH. Cholil Suchaimi, dimana beliau berasal dari desa Benda
kecamatan Sirampog kabupaten Brebes. Sedang sampai saat ini lembaga tersebut
diasuh oleh KH. Ahmad Syifa Cholil dan istrinya Nyai Hj. Ainiatus Sa’adah.
Pondok pesantren Al Ishlah juga merupakan
salah satu lembaga formal yang telah
menerapkan metode sorogan dari tahun 1986 dalam pembelajaran kitab kuning. Hal itu
juga diperkuat dengan adanya madrasah diniyyah untuk memperdalam ilmu nahwu dan
juga sharaf.
Dengan demikian, dari definisi
operasional yang peneliti maksud dalam penelitian ini menitik beratkan pada
implementasi metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren
Al Ishlah Assalafiyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah yang menjadi pokok
permasalahan ini yaitu “Bagaimana Implementasi Metode Sorogan Dalam
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah?”
C. Tujuan dan Manfaat
1.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui implementasi metode sorogan dalam proses pembelajaran kitab kuning
dipondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah sebagai salah satu metode dalam
pembelajaran kitab kuning.
2.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti para santri, ustadz, dan juga
masyarakat sekitar khususnya bagi peneliti. Adapun manfaat penelitian ini
antara lain:
a.
Bagi para
santri atau peserta didik, untuk meningkatkan pemahamanya terhadap kitab kuning.
b.
Bagi dewan asatidz, untuk menambah wawasan
tentang peran metode sorogan dalam mengembangkan kemampuan membaca bagi para santri.
c.
Bagi
peneliti, untuk menambah wawasan dalam bidang penelitian terutama dalam hal
pengembangan metode-metode dalam mengajar sebagai bekal untuk diaplikasikan
setelah menyelesaikan studinya.
D. Pembahasan
Proses pelaksanaan penerapan metode
sorogan di Pondok
pesantren Al Ishlah Assalafiyah tersebut sama saja di setiap masing-masing
kelas. Jadi pelaksanaannya secara bersamaan
dimulai pada pukul 21.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Adapun proses pelaksanaan kegiatan sorogan
digolongkan menjadi 3 kegiatan yang diterapkan di Pondok
pesantren Al Ishlah Assalafiyah.
1.
Awal.
Kegiatan awal proses
pelaksanaan sorogan
perlu adanya penyesuaian dan persiapan santri. Kegiatan awal ini bertujuan
sebagai pengkondisian santri, agar santri siap dalam melaksanakan sorogan Pada kegiatan awal dalam
penerapan metode sorogan bel
dibunyikan sebagai tanda waktu sorogan
telah dimulai, kemudian
para santri masuk ke kelas
masing-masing dan duduk melingkar. Ustadz masuk ke dalam kelas dan memulai
kegiatan awal dengan membaca
doa sebelum belajar
dilanjutkan dengan membaca
al-fātihah dan doa pembuka
dengan dilagukan secara
bersama-sama. Doa pembuka
yang dibaca secara bersama-sama dalam kegiatan sorogan ini
sebagai berikut:
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
(Robbi zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-sholihiin)
Artinya:
“Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman. Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang shaleh”
Ustadz dan para santri duduk melingkar di dalam
kelas, sedang melakukan kegiatan awal dari
penerapan sorogan. Setelah selesai
membaca doa pembuka, para santri mulai mengambil
kitab dan buku
kendali milik masing-masing dan mulai sorogan pada ustadz.
2.
Inti.
Proses dalam pelaksanaan metode sorogan yang selanjutnya yaitu kegiatan inti.
Kegiatan inti dilaksanakan setelah
kegiatan awal selesai
dilaksanakan. Sedangkan Menurut
Mansur bahwa dalam sorogan santri
mengajukan bab-bab tertentu dalam kitab untuk dibaca di depan kiainya
( Mansur, 2004, p. 9). Santri yang
sudah siap untuk sorogan maka santri akan sorogan terlebih dahulu. Satu persatu
santri sorogan dengan ustadz. Pelaksanaan
kegiatan sorogan yaitu para santri maju satu persatu di hadapan ustadznya.
Selain itu santri yang lain mengantri tepat di belakang / samping santri yang sedang sorogan. Dimulai
dengan bacaan ta’awudz dan
basmallah, kemudian dilanjutkan dengan membaca kitabnya sesuai dengan halaman
yang di capainya. Ustadz menunjukkan bacaan
yang dibaca santri,
biasanya dengan pulpen/tuding. Selain
itu guru juga
menyimak bacaan santri,
apabila ada kesalahan ustadz tidak langsung
membenarkan bacaan yang salah namun dengan memberikan kode/isyarat bahwa santri
membacanya kurang tepat. Santri membaca kitab sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini dilakukan agar para santri terbiasa dalam sorogan lebih
tertib lagi. Setelah selesai
membaca kitab bacaan
yang dibacanya, kemudian
santri mengakhiri bacaannya dengan membaca “shadaqallahul’azhīm”. Penambahan
materi disampaikan oleh ustadz secara individu
di sesuaikan dengan
pencapaian masing-masing
santri setelah selesai sorogan.
Selanjutnya ustadz mengisikan keterangan dalam buku kendali santri sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam buku kendali.
Sedangkan alokasi waktu
yang diperlukan dalam sorogan setiap anak yaitu rata-rata 15
menit. Saat sorogan guru bertugas
membenarkan bacaan yang anak tidak bisa membaca.
Guru berusaha memahamkan anak dengan bertanya, memberikan kode, mengingatkan agar anak
tidak takut saat sorogan. Guru harus memberikan kode,
peringatan, menekankan pada bacaan yang di baca anak.
Selain itu guru juga mengulang kembali pada huruf-huruf yang ditekankan agar
anak lebih mudah untuk
menghafal huruf tersebut. Pada kegiatan akhir
sorogan dilaksanakan setelah
seluruh anak selesai sorogan kepada guru.
Anak duduk di tempat kursi
masing/masing atau duduk melingkar di karpet. Kegiatan
dilanjutkan dengan kegiatan
akhir.
3.
Akhir.
Kegiatan akhir ini
dilakukan dengan posisi
duduk melingkar/duduk di kursi anak
masing- masing. Bacaan doa penutup kegiatan
sorogan ini sebagai berikut:
سُبْحَانَكَ اللّهُمّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ اَن لا اله
إلا انتَ أسْتَغفِرُكَ وأتوبُ اليك
E. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan
dengan judul “ Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di
Pondok Pesantren Al Ishlah
Assalafiyah” menunjukan bahwa tujuan diterapkannya
metode sorogan di pondok pesantren Al Ishlah adalah sebagai salah satu cara ataupun alat
bagi para santri terkhusus bagi santri pemula yang masih sangat awam untuk
dapat mengkaji dan memahami literatur atau kitab-kitab berbahasa Arab yang
berisi tentang hukum-hukum Islam,fiqih,aqidah ataupun yang lain. Selain itu
dengan menggunakan metode sorogan akan menumbuhkan rasa keharmonisan antara
santri dan kyainya dan akan lebih mudah bagi seorang guru dalam mengawasi
perkembangan kemampuan anak.
Dalam pelaksanaannya metode sorogan
yang diterapkan dipondok pesanten Al Al Ishlah Assalafiyah merupakan kombinasi (penggabungan)
antara metode bandongan dan metode sorogan itu sendiri yankni penambahan materi
yang dilakukan secara klasikal dan di perkuat dengan system individual. Akan
tetapi, secara keseluruhan penerapan metode sorogan di pondok pesantren Al Ishlah
sudah berjalan dengan baik. Hal itu terindikasi ketika pembelajaran kitab
kuning sudah terjadwal dengan baik setiap harinya, selain itu penggunaan media
pembelajaran semakin mempermudah santri dalam menyerap materi yang diajarkan.
Dalam praktiknya pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah memilih kitab Safinatun
Naja sebagai bahan ajarnya dengan berbagai pertimbangan.
Kemudian dalam proses evalausinya
dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung yakni guru membenarkan
santrinya ketika salah baik itu dalam pembacaan, pemaknaan atau dari segi ilmu
Nahwu Sharafnya.
F. Saran-saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran di pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah terutama yang berkaitan
dengan pelaksanaan metode sorogan, perkenankanlah penulis untuk memberikan
masukan dan saran yang sifatnya membangun. Antara lain:
1.
Untuk
segenap ustadz atau ustadzah supaya lebih mengkombinasikan lagi metode yang
bervariasi supaya pembelajaran tidak terlihat monoton. Selain itu untuk lebih
ditingkatkan kembali dalam hal interaksi dengan para santri agar tercipta
hubungan yang harmonis akan tetapi masih dalam batasan guru dan murid.
2.
Kepada
segenap pengurus untuk lebih meningkatkan kembali kedisiplinan bagi santri
dalam hal kegiatan belajar mengajar, dan di adakannya sanksi bagi santri yang melanggarnya.
3.
Dalam
menunjang kelancaran proses belajar mengajar alangkah lebih baiknya ketika ada
penambahan tenaga pengajar (guru atau ustadz) khususnya dalam pelaksanaan
metode sorogan. Baik itu berasal dari luar ataupun dari lingkungan pondok.
4.
Mengatur
ulang tentang alokasi waktu yang disediakan dalam proses pembelajaran
menggunakan metode sorogan.
Oleh : Kang Ahmad Muhajir
: muhajir_elmahdy