Januari 2023



 SARANA DAN PRA SARANA PONDOK PESANTREN AL ISHLAH ASSALAFIYAH

Sarana Pondok Pesantren adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di Pondok Pesantren. Sedangkan Prasarana ialah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan.

Berikut sarana dan prasarana Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah meliputi :

  • Aula Utama Pondok Pesantren
  • 2 Gedung asrama putri
  • Gedung asrama putra
  • Gedung Madrasah
  • MCK
  • Tempat Wudhu
  • Ruang Tamu
  • Ruang Pembelajaran
  • Kantor Madrasah
  • Koperasi
  • Dapur Umum
  • Lapangan Olahraga, Bulu tangkis,sepak takraw, sepak bola
  • Kendaraan Roda 2
  • Kendaraan Roda 4
  • 2 Set Rebana
  • Kehidupan Pesantren Yang terbina dan terawasi selama 24 jam

 



 

Madrasah Aliyah Assalafiyah (MA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah menengah atas (SMA) dimana pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Sama seperti SMA, pendidikan madrasah aliyah memiliki masa studi tiga tahun, mulai dari kelas 10/X sampai kelas 12/XII.

Madrasah Aliyah menyelenggarakan pendidikan pada empat jurusan, antara lain: Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu-Ilmu Keagamaan, dan Bahasa. Kurikulum yang dipakai Madrasah Aliyah sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Atas, hanya saja pada MA lebih banyak muatan Pendidikan Agama Islam, seperti Fiqih, Akidah, Akhlak, Al-Quran, Hadits, Bahasa Arab, dan Sejarah Kebudayaan Islam.

MA ASSALAFIYAH merupakan suatu pendidikan formal yang terletak di Jl. Raya luwungragi bulakamba brebes, tepatnya kurang lebih 200 meter dari Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah


 





Madrasah Sanawiah (disingkat MTs) adalah jenjang dasar pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah menengah pertama, yang pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Agama. Pendidikan madrasah tsanawiyah ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.

Murid kelas 9 diwajibkan mengikuti Ujian Madrasah (dahulu Ujian Nasional dan Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan MTs dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah aliyah atau sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan.

Kurikulum madrasah tsanawiyah sama dengan kurikulum sekolah menengah pertama, hanya saja pada MTs terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana sekolah dasar, juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti:[2]

· Alquran dan Hadis

· Akidah dan Akhlak

· Fiqih

· Sejarah Kebudayaan Islam

· Bahasa Arab



Pelajar madrasah tsanawiyah umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

MTs Assalafiyah adalah suatu pendidikan formal yang terletak di desa Luwungragi Bulakamba Brebes, tepatnya kurang lebih 150 meter dari Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah


6 MANFAAT PENULISAN




1. Belajar Memahami Masalah dan Mencari Solusinya


Ketika menulis makalah, santri dituntut untuk menjelaskan topik permasalahan yang diangkat. Penjelasan itu haruslah secara runtut dan logis sehingga pembaca mengerti masalah apa yang tengah kamu angkat.

Setelah itu, saat membuat tulisan, santri harus memecahkan topik permasalahan itu. Runtut pemecahan masalah itu tentunya melatih kamu untuk mencari solusi atas sebuah permasalahan.

Dampaknya dalam kehidupan sehari-hari, ketika dihadapkan oleh suatu persoalan, bisa menemukan pokok permasalahannya dan dapat mencari solusi untuk menyelesaikannya. Dengan begitu, kamu tidak akan mudah stress ketika menghadapi suatu masalah dan mampu menghadapinya.

2. Menerapkan Ilmu yang Telah Dipelajari

Selama dipesantren, tentunya kamu sudah mendapatkan banyak ilmu dari guru. Namun, pasti terkadang kamu bingung untuk menerapkan ilmu tersebut. Nah, dengan menulis maka kamu berlatih untuk menerapkan ilmu yang kamu miliki selama ini dalam bentuk tulisan.

Santri bisa menerapkan beberapa teori yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata. Selain itu, bisa melihat sendiri bagaimana penerapan teori itu sesuai atau tidak terhadap permasalahan yang ada. Dengan kata lain, kamu melakukan penerapan teori dalam kehidupan nyata.

Dengan melihat sendiri penerapan ilmu tersebut, maka akan mudah paham dan tidak akan lupa akan ilmu yang telah kamu dapatkan dari guru di sekolah. .

3. Belajar Berpikir Sistematis

Penulisan haruslah ditulis secara sistematis dan menggunakan alur logika. Selain itu, tiap bagian dari makalah harus memiliki kesinambungan satu dengan lainnya. Dengan menulis, kamu akan belajar untuk menata pemikiran dan memilah hal apa saja yang harus ditulis dan tidak.

Melakukan hal itu tentunya memiliki dampak pada cara berpikirmu. Terbiasa menulis maka akan membuat kamu bisa berpikir secara sistematis, logis, dan terstruktur. Ketiga hal itu kiranya sulit dilakukan oleh mereka yang tidak terbiasa menulis karya ilmiah.

Manfaat dari mampu berpikir sistematis ialah mudah mempelajari hal-hal baru dan ilmu yang biasanya dianggap sulit. Kamu akan mudah mencerap apa yang kamu baca dan mampu menuangkannya dalam tulisan.

4. Mengasah Kemampuan Menulis

Manfaat yang paling akan kamu rasakan dengan terbiasa menulis ialah mengasah kemampuan menulismu. Sebab, untuk dapat menulis sebuah karangan, kamu harus mengendapkan berbagai pengetahuanmu atas sebuah topik permasalahan.

Setelah itu, barulah mulai proses menulis yang bagi orang awam sulit dilakukan. Jika sudah terbiasa menulis, kamu akan mudah merangkai kata dan menyusunnya secara sistematis logis.

Adapun, menulis pun akan membuat pembendaharaan katamu semakin banyak. Hal itu dikarenakan kamu akan sering membaca buku-buku dan sumber referensi lainnya saat menyusun sebuah makalah. Pembendaharaan kata yang banyak akan semakin memudahkanmu dalam menulis berbagai macam bentuk tulisan dan membuat tulisanmu lebih hidup.

5. Semakin Banyak Tahu dan Tahu Banyak

Menyusun penulisan itu bukanlah hal yang mudah. Kamu harus banyak membaca buku referensi, memetakan topik permasalahan, menyelaraskan analisis, dan lain sebagainya. Berbagai proses rumit itu akan membuat kamu menjadi orang yang banyak tahu dan tahu banyak.

Maksudnya, kamu akan mengetahui suatu topik secara menyeluruh. Misalnya, ketika kamu membahas mengenai fiqh dalam penulisanmu maka kamu harus membahasnya mulai dari sejarah, para tokoh, hingga perkembangannya. Otomatis, kamu menjadi banyak tahu tentang fiqh itu sendiri.

Selain itu, kamu pun akan menjadi orang yang tahu banyak akan berbagai macam hal. Kamu akan selalu peka dengan perkembangan informasi yang ada di sekitarmu. Hal itu lantaran dalam pembuatan makalah itu ada kalanya kamu harus membaca sumber referensi yang bidangnya bersinggungan dengan topik permasalahanmu. Jadi, kamu akan menjadi pribadi yang melek informasi.

Pribadi yang banyak tahu dan tahu banyak tentunya akan mudah melakukan apapun. Mulai dari mendalami sebuah materi pembelajaran hingga menjadi pribadi yang luwes dalam bergaul. Kamu pun akan menjadi panutan bagi banyak orang dengan pengetahuanmu.

Tapi ingat ya Quipperian, ketika kamu menjadi pribadi yang seperti itu, jangan menjadi sombong ya! Ketika kamu mulai sombong maka saat itu juga kamu akan merasakan keruntuhan intelektualitasmu. Kamu akan dijauhi dan tidak memiliki teman. So, tetaplah rendah hati dan tidak sombong ya guys!

6. Menjadi Lebih Kritis Saat Melihat Suatu Permasalahan

Untuk menyelesaikan topik permasalahan dalam penulisan, penulis atau kelompok yang dibuatnya haruslah berpikir secara kritis. Hal itu diperlukan karena pembedahan topik permasalahan harus dilakukan dalam beberapa perspektif. Kamu tidak bisa menyelesaikan topik tersebut hanya dari satu perspektif saja. Melakukan itu hanya akan membuat makalahmu tidak ada isinya.

Terbiasa melakukan itu akan menjadikan kamu orang yang mampu berpikir kritis. Kamu akan mudah melihat suatu persoalan dalam banyak perspektif. Kemampuan itu akan membantumu dalam hal belajar di kelas, menyelesaikan soal-soal ketika ujian, melatih diri kamu untuk selalu mengembangkan diri, mengerjakan suatu hal dengan lebih cepat, dan lain sebagainya.

Kalau kamu sudah terbiasa menjadi pribadi yang kritis maka ketika kuliah kelak tidak akan menemukan kendala besar. Kamu akan terbiasa mengerjakan tugas-tugas analisis yang diberikan dosen kelak. So, banyak manfaatnya bukan menjadi pribadi yang mampu berpikir kritis!



Pondok Pesantren Al Islah Assalafiyah menampung para santri-santri dari berbagai daerah, baik dari dalam propinsi maupun luar propinsi. Dalam transformasi ilmu keagamaan, Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah menyelenggarakan kegiatan seperti :

- Pengajian kitab-kitab salaf (sorogan / bandungan) yang diikuti oleh semua santri dan penduduk sekitar.

- Pengajian umum, baik berkala maupun mingguan (pengajian Jum`at pagi).

- Madrasah Diniyah ( Awaliyah / Wustha / Ulya )

- Madrasah Mua`allimin – Mu`allimat

- Tahfidzul Qur`an untuk santri putra dan putri

- Pengajian khusus bulan ramadhan (Pesantren Kilat Ramadhan)

- Asrama Yatim Piatu

- Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalafiyah

- Madrasah Aliyah (MA) Assalafiyah- Dan lain sebagainya

Demikian sekilas sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes Jawa Tengah.





 

IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN KITAB KUNING DIPONDOK PESANTREN AL ISHLAH ASSALAFIYAH

 

Oleh : Kang Ahmad Muhajir 

A.       Fokus Kajian

Untuk meminimalisir kesalahan dalam memahami judul maka kiranya penulis perlu memberikan batasan-batasan istilah yang terdapat dalam judul “Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning ”.

1.    Implementasi Metode Sorogan

Implementasi bermakna pelaksanaan. Sehingga jika diartikan bahwa implementasi merupakan pelaksanaan dari suatu rencana. Atau juga dapat di artikan sebuah penerapan dari suatu rencana, yang tentunya memiliki suatu tujuan.

Metode atau thariqah adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, dimana tidak ada satu bagiannya yang bertentangan dengan bagian yang lain dan kesemuannya berdasarkan atas approach yang telah ditentukan. Dengan bahasa yang lebih mudah metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori yang ada pada pendekatan tertentu.

Metode Sorogan adalah aktivitas pengajaran dimana setiap santri menghadap ustadz atau kyai secara bergiliran untuk membaca dihadapanya sebagai cara pengecekan penguasaan santri terhadap materi kitab yang sudah dibacakan sebelumnya. Metode ini dikatakan sebagai salah satu metode yang efektif dalam pembelajaran kitab kuning karena guru dan murid mempunyai interaksi yang intensif dalam pembelajaran.

Implementasi metode sorogan yang penulis maksud adalah salah satu usaha untuk mewujudkan rencana dalam pembelajaran kitab kuning yang sesuai dengan kaidah yang baik dan benar serta sebagai alat untuk mempermudah siswa dalam pemahaman materi.

2.    Pembelajaran Kitab kuning

Surya (1997:9) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Dalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yakni aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa begitu pula siswa dengan siswa.

Kitab kuning adalah sebutan untuk kitab-kitab berbahasa Arab yangditulis diatas kertas kuning. Term “kitab kuning” mengandung pengertian budaya, yaitu pengagunganya terhadap kitab-kitab warisan ulama terdahulu sebagai ajaran suci. Kitab kuning sebagai identitas tersendiri bagi pondok pesantren sehingga suatu lembaga tidak bisa dikatakan sebagai pesantren apabila di dalamnya tidak mengkaji kitab kuning.

Pembelajaran kitab kuning adalah proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam rangka memahami isi kitab kuning yang berisi tentang kaidah-kaidah dalam hukum Islam yang diharapkan dengan adanya hal itu dapat menciptakan perubahan akhlak yang lebih baik dalam diri peserta didik.

Sedangkan kitab kuning yang dikaji dipondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah adalah kitab Safinatun Naja, Tafsir jalalain dan lain sebagaimya yang berisi tentang ilmu-ilmu agama.

3.    Pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah

Adalah salah satu lembaga formal dan non formal yang didirikan pada tanggal 10 Oktober 1986  M oleh KH. Cholil Suchaimi, dimana beliau berasal dari desa Benda kecamatan Sirampog kabupaten Brebes. Sedang sampai saat ini lembaga tersebut diasuh oleh KH. Ahmad Syifa Cholil dan istrinya Nyai Hj. Ainiatus Sa’adah.

Pondok pesantren Al Ishlah juga merupakan salah satu lembaga  formal yang telah menerapkan metode sorogan dari tahun 1986 dalam pembelajaran kitab kuning. Hal itu juga diperkuat dengan adanya madrasah diniyyah untuk memperdalam ilmu nahwu dan juga sharaf.

Dengan demikian, dari definisi operasional yang peneliti maksud dalam penelitian ini menitik beratkan pada implementasi metode sorogan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah.

 

           

B.      Rumusan Masalah

     Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan ini yaitu “Bagaimana Implementasi Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah?”

 

C.      Tujuan dan Manfaat 

1.         Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi metode sorogan dalam proses pembelajaran kitab kuning dipondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah sebagai salah satu metode dalam pembelajaran kitab kuning.

2.         Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti para santri, ustadz, dan juga masyarakat sekitar khususnya bagi peneliti. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

a.                   Bagi para santri atau peserta didik, untuk meningkatkan pemahamanya terhadap kitab kuning.

b.                   Bagi dewan asatidz, untuk menambah wawasan tentang peran metode sorogan dalam mengembangkan kemampuan membaca bagi para santri.

c.                   Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dalam bidang penelitian terutama dalam hal pengembangan metode-metode dalam mengajar sebagai bekal untuk diaplikasikan setelah menyelesaikan studinya. 

D.    Pembahasan

Proses pelaksanaan penerapan metode sorogan di Pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah tersebut sama saja di setiap masing-masing kelas. Jadi pelaksanaannya secara bersamaan dimulai pada pukul 21.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. Adapun proses pelaksanaan kegiatan sorogan digolongkan menjadi 3 kegiatan yang diterapkan di Pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah.

1.      Awal.

Kegiatan awal proses pelaksanaan sorogan perlu adanya penyesuaian dan persiapan santri. Kegiatan awal ini bertujuan sebagai pengkondisian santri, agar santri siap dalam melaksanakan sorogan Pada kegiatan awal dalam penerapan metode sorogan bel dibunyikan sebagai tanda waktu sorogan telah dimulai, kemudian para santri masuk ke kelas masing-masing dan duduk melingkar. Ustadz masuk ke dalam kelas dan memulai kegiatan awal dengan membaca doa sebelum belajar dilanjutkan dengan membaca al-fātihah dan doa pembuka dengan dilagukan secara bersama-sama. Doa pembuka yang dibaca secara bersama-sama dalam kegiatan sorogan ini sebagai berikut:

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ

(Robbi zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-sholihiin)

Artinya:

“Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman. Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang shaleh”

Ustadz dan para santri duduk melingkar di dalam kelas, sedang melakukan kegiatan awal dari penerapan sorogan. Setelah selesai membaca doa pembuka, para santri mulai mengambil kitab dan buku kendali milik masing-masing dan mulai sorogan pada ustadz.

2.      Inti.

Proses dalam pelaksanaan metode sorogan yang selanjutnya yaitu kegiatan inti. Kegiatan inti dilaksanakan setelah kegiatan awal selesai dilaksanakan. Sedangkan Menurut Mansur bahwa dalam sorogan santri mengajukan bab-bab tertentu dalam kitab untuk dibaca di depan kiainya ( Mansur, 2004, p. 9). Santri yang sudah siap untuk sorogan maka santri akan sorogan terlebih dahulu. Satu persatu santri sorogan dengan ustadz. Pelaksanaan kegiatan sorogan yaitu para santri maju satu persatu di hadapan ustadznya. Selain itu santri yang lain mengantri tepat di belakang / samping santri yang sedang sorogan. Dimulai dengan bacaan ta’awudz dan basmallah, kemudian dilanjutkan dengan membaca kitabnya sesuai dengan halaman yang di capainya. Ustadz menunjukkan bacaan yang dibaca santri, biasanya dengan pulpen/tuding. Selain itu guru juga menyimak bacaan santri, apabila ada kesalahan ustadz tidak langsung membenarkan bacaan yang salah namun dengan memberikan kode/isyarat bahwa santri membacanya kurang tepat. Santri membaca kitab sesuai dengan kemampuannya. Hal ini dilakukan agar para santri terbiasa dalam sorogan lebih tertib lagi. Setelah selesai membaca kitab bacaan yang dibacanya, kemudian santri mengakhiri bacaannya dengan membaca “shadaqallahul’azhīm”. Penambahan materi disampaikan oleh ustadz secara individu di sesuaikan dengan pencapaian masing-masing santri setelah selesai sorogan. Selanjutnya ustadz mengisikan keterangan dalam buku kendali santri sesuai dengan ketentuan yang ada dalam buku kendali. Sedangkan alokasi waktu yang diperlukan dalam sorogan setiap anak yaitu rata-rata 15 menit. Saat sorogan guru bertugas membenarkan bacaan yang anak tidak bisa membaca. Guru berusaha memahamkan anak dengan bertanya, memberikan kode, mengingatkan agar anak tidak takut saat sorogan. Guru harus memberikan kode, peringatan, menekankan pada bacaan yang di baca anak. Selain itu guru juga mengulang kembali pada huruf-huruf yang ditekankan agar anak lebih mudah untuk menghafal huruf tersebut. Pada kegiatan akhir sorogan dilaksanakan setelah seluruh anak selesai sorogan kepada guru. Anak duduk di tempat kursi masing/masing atau duduk melingkar di karpet. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan akhir.

3.      Akhir.

Kegiatan akhir ini dilakukan dengan posisi duduk melingkar/duduk di kursi anak masing- masing. Bacaan doa penutup kegiatan sorogan ini sebagai berikut:

سُبْحَانَكَ اللّهُمّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ اَن لا اله إلا انتَ أسْتَغفِرُكَ وأتوبُ اليك

 

E.    Kesimpulan

Dari penelitian yang penulis lakukan dengan judul “ Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al Ishlah Assalafiyah” menunjukan bahwa tujuan diterapkannya metode sorogan di pondok pesantren Al Ishlah adalah sebagai salah satu cara ataupun alat bagi para santri terkhusus bagi santri pemula yang masih sangat awam untuk dapat mengkaji dan memahami literatur atau kitab-kitab berbahasa Arab yang berisi tentang hukum-hukum Islam,fiqih,aqidah ataupun yang lain. Selain itu dengan menggunakan metode sorogan akan menumbuhkan rasa keharmonisan antara santri dan kyainya dan akan lebih mudah bagi seorang guru dalam mengawasi perkembangan kemampuan anak.

Dalam pelaksanaannya metode sorogan yang diterapkan dipondok pesanten Al Al Ishlah Assalafiyah merupakan kombinasi (penggabungan) antara metode bandongan dan metode sorogan itu sendiri yankni penambahan materi yang dilakukan secara klasikal dan di perkuat dengan system individual. Akan tetapi, secara keseluruhan penerapan metode sorogan di pondok pesantren Al Ishlah sudah berjalan dengan baik. Hal itu terindikasi ketika pembelajaran kitab kuning sudah terjadwal dengan baik setiap harinya, selain itu penggunaan media pembelajaran semakin mempermudah santri dalam menyerap materi yang diajarkan. Dalam praktiknya pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah memilih kitab Safinatun Naja sebagai bahan ajarnya dengan berbagai pertimbangan.

Kemudian dalam proses evalausinya dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung yakni guru membenarkan santrinya ketika salah baik itu dalam pembacaan, pemaknaan atau dari segi ilmu Nahwu Sharafnya.

 

F.   Saran-saran

Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di pondok pesantren Al Ishlah Assalafiyah terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan metode sorogan, perkenankanlah penulis untuk memberikan masukan dan saran yang sifatnya membangun. Antara lain:

1.                                               Untuk segenap ustadz atau ustadzah supaya lebih mengkombinasikan lagi metode yang bervariasi supaya pembelajaran tidak terlihat monoton. Selain itu untuk lebih ditingkatkan kembali dalam hal interaksi dengan para santri agar tercipta hubungan yang harmonis akan tetapi masih dalam batasan guru dan murid.

2.                                                   Kepada segenap pengurus untuk lebih meningkatkan kembali kedisiplinan bagi santri dalam hal kegiatan belajar mengajar, dan di adakannya sanksi bagi santri yang melanggarnya.

3.                                               Dalam menunjang kelancaran proses belajar mengajar alangkah lebih baiknya ketika ada penambahan tenaga pengajar (guru atau ustadz) khususnya dalam pelaksanaan metode sorogan. Baik itu berasal dari luar ataupun dari lingkungan pondok.

4.                                                   Mengatur ulang tentang alokasi waktu yang disediakan dalam proses pembelajaran menggunakan metode sorogan.



Oleh        : Kang Ahmad Muhajir

                : muhajir_elmahdy

 Untuk brosur 2023 insyaAllah akan kami share secepatnya.........



SYARAT SANTRI LAJU (Tinggal di luar pesantren)

  • untuk mendapatkan informasi tentang PonPES Al Ishlah Assalafiyah dan prosedur santri baru.
  • Menghubungi pengurus
  • Bersedia menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku.
  • Dengan disertai pengurus pondok, calon santri dan wali santri sowan ke pengasuh untuk menyampaikan keinginannya menjadi santri di PonPes Al Ishlah Assalafiyah.

SYARAT SANTRI MENETAP (Tinggal di pondok)

  • Segala syarat yang ada di santri laju.
  • Calon santri dianggap belum pernah menjadi santri di PonPes Al Ishlah Assalafiyah yang telah dikeluarkan oleh pengurus karena melanggar peraturan yang berlaku.

PERSYARATAN PENDAFTARAN

  • Melunasi semua biaya pendaftaran
  • Menyerahkan foto copy kartu keluarga
  • Memiliki baju putih lengan panjang dan peci hitam/kerudung hitam.
  • Bagi santri putri dilarang memakai mukena selain mukena langsungan.
  • Menyerahkan pas foto 4x3 (berpeci/berkerudung) sebanyak 4 lembar
  • Mengisi formulir pendaftaran selengkap lengkapnya
  • berkas dimasukan sto
  • pmap Putra (merah), Putri (hijau).

KETERANGAN TAMBAHAN

  • Hal hal yang belum jelas bisa menghubungi panitia pendaftaran
  • Kontak Person : 0856 4114 2435

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget